Pasca Eksekusi, Agrinas Harus Dengar Rakyat, Bukan Tokoh Lokal Pesanan


Padang Lawas Utara,- 

Gerakan Mahasiswa Padang Lawas Utara (GEMA-Paluta) sebagai ketua harian Darwin Mulya Nasution angkat bicara dan mengungkapkan, katanya pihaknya mendesak PT. Agrinas Palma Nusantara untuk mengutamakan masyarakat ulayat sebagai subjek utama pengelolaan lahan eks-Torganda, bukan tokoh-tokoh lokal yang hanya mewakili segelintir elite.

Ungkapan Darwin tersebut diutarakan di depan awak media,Senin(26/05) dan harus menjadi peringatan dan alarm bagi semua pihak yang mencoba-coba untuk membungkam dalam keadilan dengan simbol-simbol semu.

Diteruskan,Darwin menuturkan sudah terlalu sering "tokoh masyarakat" dimunculkan sebagai dalih legitimasi proyek-proyek besar, Mereka hadir dalam rapat tertutup, menandatangani dokumen, dengan menjual suara rakyat, Padahal rakyat yang sesungguhnya petani kecil, warga adat, perempuan penjaga tanah tak pernah diajak bicara.

GEMA-Paluta paham akan keadilan agraria, tidak mungkin tegak jika aktor yang dilibatkan hanya para pemilik gelar atau mereka yang dekat dengan pusat kekuasaan, Tujuan desakan mereka tersebut yaitu agar PT. Agrinas melibatkan masyarakat adat secara kolektif, melalui mekanisme yang partisipatif dan transparan dan hal itu adalah panggilan untuk membongkar cara kerja lama yang mengabaikan demokrasi desa.

Riyadi Bardansyah Hrp,ST Senior Gema Paluta yang juga Mantan Aktivis 98 juga ikut berkomentar, menurutnya; Pemerintah dan Agrinas wajib mendengar desakan tersebut secara baik-baik. "masyarakat tidak bisa lagi direduksi hanya menjadi tenaga kerja atau penonton, Lahan yang diambil alih dari PT.Torganda bukanlah “tanah kosong”, melainkan ruang hidup masyarakat ulayat yang selama ini terpinggirkan," Tegasnya.

Ditambahkan,"Jika Agrinas sungguh ingin menjadi simbol pemulihan tata kelola, maka kata Riyadi harus mulai dari membongkar relasi kuasa yang timpang, Tidak boleh ada perjanjian-perjanjian gelap yang hanya ditandatangani oleh “tokoh lokal” yang bahkan tidak dipilih oleh masyarakatnya sendiri. Yang dibutuhkan adalah dialog terbuka, pemetaan sosial berbasis komunitas, dan pengakuan resmi terhadap hak-hak kolektif masyarakat adat."

Dilanjutkan,"Gema-Paluta telah memainkan peran penting menjadi suara nurani di tengah kebisingan narasi pembangunan, Tapi perjuangan belum selesai. Desakan mereka harus dikawal dengan konsistensi dan keberanian politik, Karena musuh mereka bukan hanya korporasi, tapi juga oknum atas nama negara yang sering kali bermain di dua kaki, penegakan hukum dan pengamanan investasi.

Riyadi juga menjelaskan bahwa Agrinas harus menjawab bukan hanya kepada pemerintah, tapi kepada rakyat, “ Dan jika suara rakyat diabaikan, maka perlawanan yang lebih besar tinggal menunggu waktu, Mahasiswa sudah bicara Sekarang, giliran negara mendengarkan—bukan berkelit,"Ungkapnya. (tim)

Posting Komentar

0 Komentar